ISLAMADANIA - Stabilitas dan keamanan Irak pada beberapa dekade telah diguncang oleh permasalahan eksternal maupun internal.
Pada tahun 2003 terdapat invasi pimpinan Amerika serikat yang mengakibatkan terjadinya kekerasan intens serta perselisihan terkait sekretariat yang mana hal tersebut berlangsung selama bertahun-tahun, hal tersebut pula menyebabkan terbentuknya faksi politik, kelompok ISIS dan milisi yang mendapat dukungan dari Iran.
Pada saat ini Iran mengalami kelumpuhan akibat kemacetan politik yang mana telah terjadi beberapa konflik atau perselisihan yang memanas dengan berbagai pihak seperti hal nya dengan para negara yang menentang Iran.
Baca Juga: Pesan KH Matin Syarkowi Untuk Peserta PD PKPNU Kota Serang: Jangan Merasa Lelah dengan NU
Ada nya konflik yang terjadi antara arab Saudi dan juga Iran membuat Irak terus berusaha menjadi penengah atau mediator bagi kedua negara tersebut.
Baru-baru ini menteri luar negeri Arab Saudi yaitu pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud mengungkapkan bahwasanya Arab Saudi telah ''menegaskan penolakannya terkait agresi yang berada di wilayah Irak".
Hal tersebut diungkapkan oleh menteri Arab Saudi pada waktu konferensi pers pada saat pelaksanaan KTT teluk Arab Di Riyadh, yang dilaksanakan di Arab Saudi.
Baca Juga: PCNU Kota Serang Gelar PD PKPNU, KH Matin Syarkowi: Banten Tidak Hebat Kalau NU Kota Serang Loyo
Faisal Bin Farhan selaku menteri luar negeri Arab Saudi juga menegaskan kembali bahwa negara Arab Saudi telah berkomitmen kepada ''kemerdekaan dan kedaulatan irak''.
Hal tersebut disampaikan oleh menteri luar negeri Arab Saudi pada saat ia mengisi pidato di hadapan para pemimpin timur tengah serta Eropa di konferensi.
Adanya konferensi ini salah satu bentuk dorongan untuk stabilitas dan keamanan di Irak.
Pada pertemuan tersebut dihadiri oleh para pejabat -pejabat tinggi yang berada dikawasan tersebut.
Bahkan kedua negara Iran dan arab Saudi pun ikut terlibat dalam konferensi yang diselenggarakan.
Baca Juga: Pesan KH Matin Syarkowi Untuk Peserta PD PKPNU Kota Serang: Jangan Merasa Lelah dengan NU
Serta para pemimpin dari Turki, Prancis, Irak, Mesir, Kuwait, Oman, Bahrain dan uni Soviet ikut serta dalam acara tersebut.