ISLAMADANIA.COM - Sengaja penulis sajikan tulisan bertajuk musuh demokrasi antara politik identitas dan politik uang, lantaran melihat kondisi terkini
Menjelang tahun politik, demokrasi terus mengalami guncangan destruksi dari musuh-musuhnya agar melemah dan tidak mampu menjadi instrumen indah bagi para subjek demokrasi dalam mengkalkulasi plus sirkulasi kekuasaan dengan melibatkan semua kekuataan yang berbeda.
Demokrasi fungsinya mengharmoni segala perbedaan dengan ragam dan kebebasan pilihan namun tidak jarang demokrasi dimanafaatkan kebebasannya dengan segala cara oleh para musuh utamanya.
Baca Juga: Terpilih Nahkodai GP Ansor Kota Serang, Muhamad Rijal Banjir Ucapan Selamat
Dulu dalam perjalan demokrasi di Indonesia sejak menggunakan sistem demokrasi pada pemilu 1955 sampai pemilu tahun 2014 hanya ada musuh utama yang dapat mendestruksi demokrasi baik sebagian nilai, instrumen maupun sebagai prosedur demokrasi yaitu politik uang.
Namun saat ini sejak pemilu 2019 ada yang lebih berbahaya dari politik uang yaitu politik identitas dimana daya rusak politik identitas bukan hanya pada demokrasi semata tapi daya rusaknya begitu dahsyat bagi keluhuran agama, persatuan bangsa dan kekuatan stabilitas negara.
Di antara dua musuh besar demokrasi antara politik uang dan politik identitas manakah yang lebih berbahaya saat ini.?
Baca Juga: Dilema Dakwah Berbasis Digital Melalui Media Sosial
Keduanya ini musuh bagi demokrasi antara politik uang dan politik identitas, keduanya sangat berbahaya akan sangat mengancam demokrasi dalam proses sirkulasi mencapai kekuasaan menuju kesejahteraan.
Yang membedakannya kalau politik uang hanya pada demokrasi, tapi politik identitas menembus lurus sampai ke polarisasi di tingkat umat beragama, masyarakat, bangsa bahkan terganggunya stabilitas negara.
Politik identitas menciptakan polarisasi yang akut dan sulit disembuhkan, sementara politik uang menciptakan pragmatisme akut bagi masyarakat.
Baca Juga: Pentingnya Santri Mempelajari Disiplin Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Ilmu Agama
Dua duanya bersifat partalogis yang membedakan pola politik identitas perlu banyak ayat dan agama dalam menyulut sentimen agama bagi masyarakat untuk meraup elektoral dan kekuasaan, sementara politik uang perlu akumulasi kapital untuk merubah pilihan elektoral di tengah masyarakat sampai mendapat kekuaasaan.
Tingkat bahaya politik uang dan politik identitas jauh lebih bahaya politik identitas karena politik uang tidak sampai memecah persatuan bangsa, hanya merusak tatanan politik penuh idealistik menjadi tatanan politik pragmatis, merusak hasil demokrasinya karena hasil transaksi matrial yang mengancam bagi keberlangsungan tata nila kebaikan demokrasi yaitu dari, oleh dan untuk rakyat.
Keduanya memang bahaya tanpa berupaya simplikasi atas bahaya politik uang yang memang sudah ada hukumnya yang mengatur sanksi yang menjerat pelaku politik uang.
Artikel Terkait
Dilema Dakwah Berbasis Digital Melalui Media Sosial
Gerakan Pemuda Ansor Menggelar Latihan Instruktur Pastikan Kader Tampil Mereduksi Potensi Politik Identitas
Pentingnya Santri Mempelajari Disiplin Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Ilmu Agama
Organisasi Kemasyarakatan dan pemuda Kecamatan Baros Adakan Futsal Baros Cup Tahun 2022
Terpilih Nahkodai GP Ansor Kota Serang, Muhamad Rijal Banjir Ucapan Selamat