Ngaji Pasaran Sebuah Keunikan dan Keistimewaan khazanah Nusantara

- Jumat, 24 Maret 2023 | 09:50 WIB
Puluhan santri ngaji di Dalem Kesepuhan yang merupakan salah satu bagian sejarah dengan jejak kental dari Mbah Ma’shoem di Ponpes Al-Hidayat Lasem.  (suaramerdeka.com/Ilyas al-Musthofa)
Puluhan santri ngaji di Dalem Kesepuhan yang merupakan salah satu bagian sejarah dengan jejak kental dari Mbah Ma’shoem di Ponpes Al-Hidayat Lasem. (suaramerdeka.com/Ilyas al-Musthofa)

 

ISLAMADANIA.COM - Ngaji Pasaran sebuah keunikan dan keistimewaan dari khazanah Nusantara.

Ngaji pasaran merupakan kebiasaan positif yang dilakukan kalangan santri untuk mengisi bulan suci ramadan

Hal ini sudah ksangat mentradisi di dunia pesantren dalam mengisi kegiatan di bulan suci ramadan.

Baca Juga: KESEMENTARAAN: Sebuah Catatan Menjelang Bulan Puasa

Selain penyambutan puasa, seperti: tradisi nyekar, megeng, munggahan, yang dilakukan sejumlah masyarakat Nusantara. Santri dan kiai lazimnya ramai mengadakan ngaji posonan Atau di Banten biasa menyebutnya: ngaji pasaran.

Dulu, Sekitar 2011 atau 2012-an lalu, saya pun pernah sempat mencoba, membuka pengajian pasaran sekitar 20 kitab tipis tipis, khatam dalam satu bulan selama ramadan.

Bahkan mendirikan bangunan pondok, tapi karena satu hal dan sebagainya, percobaan itu tidak bisa diteruskan, tidak jadi istiqomah.

Baca Juga: Menuju Indonesia Maju 2045

Mungkin karena elemen dasar pesantrennya ada yang belum terpenuhi, akhirnya saya terpaksa memilih kembali beraktivitas seperti orang biasa.

Hanya sesekali mengisi taklim sebulan sekali, khutbah, dan tausiyah. Itupun kalau ada yang ngundang.

Umumnya, kiai dari berbagai pesantren, yang kesehariannya sibuk mengajar sorogan dan bandongan atau weton, mereka akan membacakan satu kitab pilihan, yang dibuka untuk semua kalangan. Khatam dalam lima belas atau tujuh belas hari.

Baca Juga: Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Penggerak Peradaban Bangsa

Dibaca waktu pagi, siang, dan selepas salat tarawih. Kitab yang dikaji bisa diambil satu dari berbagai disiplin ilmu, di antaranya, seperti Fikih: Fathul Mu'in, Riyadhul Badi'ah; Tasawuf: Ihya Ulumuddin, Minahus saniyah; Nahwu Shorof: Alfiyah, Asmawi; Tafsir: Tafsir Jalalain, Tafsir Munir; dan ilmu tauhid; dan sebagainya.

Menyambut bulan istimewa itu. Santri mukim pastinya akan antusias mengikutinya. Mulai dari santri kelana sampai orang orang pedesaan ikut berduyun duyun ambil bagian.

Halaman:

Editor: Imam Tantowi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menuju Indonesia Maju 2045

Jumat, 10 Maret 2023 | 17:52 WIB

Salah Kaprah Shigat dalam Ijab Qabul Pernikahan

Selasa, 28 Februari 2023 | 02:04 WIB

Partai Komunis Indonesia dan Nahdlatul Ulama

Selasa, 7 Februari 2023 | 11:17 WIB

Kunjungan diplomatik China terhadap Yaman

Rabu, 4 Januari 2023 | 18:05 WIB

Kompleksitas Feminis dalam Sudut Pandang Islam

Minggu, 1 Januari 2023 | 10:00 WIB

Mengkaji Kitab Lawaqihu al-Anwari al-Qudsiyati

Senin, 21 November 2022 | 17:37 WIB

Tadarus Jiwa Dalam Perspektif Filsafat Idealisme

Selasa, 8 November 2022 | 15:25 WIB
X