ISLAMADANIA.COM - PMII tumbuh dari persemaian kader NU berlanjut menjadi persemaian kader bangsa Indonesia. Demikian refleksi Said Budairy, salah satu Deklarator Kelahiran PMII, dalam sambutan karya Fauzan Alfas, PMII: Dalam simpul-simpul sejarah perjuangan.
PMII. Sebuah perkumpulan mahasiswa, sejak berdirinya, tidak dapat dipisahkan dari jasa keberadaan Nahdlatul Ulama.
Oleh sebab itu, sepak terjangnya tidak akan jauh dari garis perjuangan NU: Aktif menempatkan diri dan ambil bagian dalam pembangunan bangsa, menyatu dengan perjuangan nasional, dan senantiasa berjuang mencapai dan mempertahankan kemerdekaan.
Baca Juga: Etika Politik: Politik Identitas vs Identitas Politik
NU yang pada permulaan perjuangan politiknya, saat itu masih tergabung dalam partai Masyumi.
Namun dalam perkembangan praktiknya, peranan NU terbonsai. Akhirnya, NU bangkit sebagai sosok partai politik mandiri.Lahirlah kemudian Partai Nahdlatul Ulama. Peristiwa itu tepatnya terjadi pada 1952.
Terbukti hasil pemilu pertama Indonesia 1955, NU tampil menjadi kekuatan
politik besar ketiga setelah PNI dan Masyumi.Berbeda ketika masih bersama Masyumi, NU hanya dapat jatah 8 kursi parlemen. Namun, melalui pemilu 1955 NU berhasil meraih kekuatan 45 kursi di parlemen.
Baca Juga: Partai Komunis Indonesia dan Nahdlatul Ulama
Sudah dimaklumi bahwa NU di awal keberadaannya melekat dengan kalangan pesantren, kelahirannya pun diinisiasi langsung oleh para kyai pengasuh pesantren. Maka, secara otomatis jamaahnya pun berasal dari para santri, yang notabene pendidikannya mengutamakan kajian-kajian keagamaan, khususnya sumber dari kitab kuning.
Selanjutnya, menyadari pentingnya kebutuhan membangun kader-kader yang
mampu menangani berbagai bidang, didirikanlah organisasi-organisasi pendukung. Seperti kaum wanita yang tergabung dalam Muslimat NU, pemudanya dalam Gerakan Pemuda Ansor, dan Pemudi dalam Fatayat NU.
Sementara itu, saat pendidikan warga NU semakin bervariasi dan meningkat, kaum pelajar, baik yang menempuh pendidikan di sekolah-sekolah umum, di dalam maupun di luar pesantren, bergabung dengan mendirikan Organisasi Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri (IPPNU).
Baca Juga: Gagalnya Klaim Nasab Habib Ba'alawi Yaman Sebagai Dzurriyah Nabi Muhammad SAW Part II
Dalam perjalanan berikutnya, para mahasiswa NU melalui kongres internal IPNU. Bersepakat mendirikan organisasi kemahasiswaan, yakni: Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, disingkat PMII.
Kendati demikian, PMII lahir pada saat bangsa Indonesia menghadapi guncangan oleh ketidakberdayaan Majelis Konstituante dalam menetapkan dasar Negara, pergulatan Dekrit Presiden, pembubaran Majelis Konstituante, pergolakan DPR RI hasil pemilu 1955, perhelatan kontestasi Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Artikel Terkait
Dilema Dakwah Berbasis Digital Melalui Media Sosial
Pentingnya Santri Mempelajari Disiplin Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Ilmu Agama
Musuh Demokrasi Antara Politik Identitas dan Politik Uang
Media Sosial Sebagai Instrument Perjuangan Dakwah Bagi Kalangan Santri
Bangga Menjadi Santri Dan Menampik Pandangan Negative Terhadap Pesantren
Klaim Nasab Habib Ba’alawi Yaman Subagai Dzurriyah Nabi Muhammad SAW Gagal
Gagalnya Klaim Nasab Habib Ba'alawi Yaman Sebagai Dzurriyah Nabi Muhammad SAW Part II
Partai Komunis Indonesia dan Nahdlatul Ulama
Etika Politik: Politik Identitas vs Identitas Politik